Thursday, September 24, 2009

Puisi-puisi Retno Iswandari (2007-2008)

RIWAYAT DOSA

ada yang berdayung ke pulau asing
menjauh dari ingatan
mendirikan kota dan sebuah rumah di bawah topi

malam-malam celaka
jari-jari mengetuk di pintunya
mata-mata tumbuh di dinding
tak pernah terpejam
gaduh
layaknya pasukan siap menerkam jantung dan lambung
kota yang gaduh dalam kesendirian
tak ada jeda buat berduka dalam paniknya

ia pun melarikan diri
daun-daun kering jatuh di atas kaki
tanah terasa menyala
kian menyala ke ujung rambutnya
keinginan-keinginan lama terbakar
keinginan-keinginan baru alangkah jauh

ia terus berlari tanpa dikejar
dan terus berlari dengan tubuh terbakar
tanpa api

saat itu,
di tepi pulau itu,
tak ada perahu yang dulu
ataupun yang baru
mimpi-mimpi buruk
hanya akan pergi dan kembali
seperti hantu yang enggan menusuk
tapi tertawa keras dan ujung kukunya selalu menunjuk
ke arah lingkar sebuah topi

2007




HIKAYAT MUSIM HUJAN
                                    :Aceh

di kedai pinggir pantaimu
cangkir-cangkir menengadah
layaknya cawan perjamuan
udara jingga naik ke penciuman
bibir mudaku
mengiginkan kecupan dari pantaimu
musim hujan yang hangat

kudekap hikayat pilu di dadamu
kata demi kata berkelana
jika kupunya busur,
akan kupanah jadi doa dan pujian
bagimu, kampung raya

hari-hari hidup dari cerita masa lalu
memberi warna ungu gerimismu
anak-anak bermain di luar sana
aku teringat masa kecil yang sirna
jangkar-jangkar ditarik,
salam hari esok diulurkan
aku teringat dan menghitung usia

musim meneteskan hujan
kita yang asing saling bercermin
kutemukan wajahku di matamu
dan kisahmu melayari wajahku
kita pahatkan hikayat baru
pada kapal kepulanganku
musim hujan yang hangat

2007




KEPADA KATA-KATA

kata-kata yang keluar dari mulutku
ke mana saja pada udara
ingin kubuat rumah dan memanggil kalian
seperti memulangkan hembusan nafas
yang lama mengembara
saat aku berputar, menari,
dan berhenti pada hasrat malam yang megah

engkau yang bersayap
ulurkan tanganmu ke wajahku
tiup nyala mataku,
tiup nyala mataku ke angkasa
dan bentangkan lenganmu di lenganku
dekap gigilku
larikan ke bukit-bukit

kata-kata, seberangkan aku dengan sayapmu
naikkan pada tinggi mabuk firdaus
lalu terjunkan menyentuh neraka
sebab kau kendaraan setia ke mana pun
sekaligus semesta yang membingkaiku

2008




MERAH HIDUP DAN MERAH WAKTU
                                        :Iwan Simatupang

merahnya merah
nyala hati dan darah
persetubuhan bintang dan telaga
daging basah dan cinta
ia menyeruak
menyiram buah para penyair
bulat tomat dan sipu-sipu apel
mawar yang dalam buat kekasih

merah kelahiran tubuh
bernyanyi lewat paras muda,
merona-rona seperti anggur mabuk
dan malam yang tinggi menjerembabkannya
jauh ke dalam pipi tua
merah waktu
mungkin kau terjerembab di lobang itu
mendekap cepat pergi istrimu
dan lambat filsafat hidup

merah pun membakari kayu
menyalakan tungku tua kesepianmu
yang tak lagi didengar siapa-siapa
tak ada ziarah kecuali kata
mereka membakar dirinya
seperti membakar waktu

merah mengintai sepanjang mata
menggelandang di bawah kakimu
garis-garis tanah
seperti pahatan umur yang kaku
mereka terseret dan pulang
menjadi abu di lautan
tapi merahnya merah menunggu di balik pintuku
dicari-carinya sumbu
antara mata dan jantungku

2008

Monday, September 14, 2009

Girl Interrupted: Sebuah Film dan Sebuah Pertanyaan tentang Kegilaan


Have you ever confused a dream with life? Or stolen something when you have the cash? Have you ever been blue? Or thought your train moving while sitting still?


Kalimat ironik itu dilontarkan sebagai pembuka film yang bercerita tentang kegilaan dan rumah sakit jiwa. Adegan dalam film ini diambil dari kisah nyata penulis muda, Susanna Keysen, yang dianggap gila dan harus menjalani sebagian masa mudanya di rumah sakit jiwa. Anda sudah menyaksikan? Atau tertarik buat mengikuti kisahnya lebih lanjut?